Jadwal nontonku pukul 20:25, tapi aku ingin segera pulang dari kantor.
Aku merasa tidak enak bila harus bertemu teman-teman kerja yang sebagaian besar pria.
Selain tak cantik, aku tak pandai. Aku gemuk dan aku nggak bisa nerima candaan mereka yang kadang vulgar.
Aku tidak nyaman.
Apa jadinya kalau aku lebih kurus dan lebih pintar?
Apa jadinya kalau aku berkontribusi dengan punya bakat yg lebih?
Akhirnya aku mengerti cicilan menjadi alasan kenapa orang-orang bekerja keras.
Dulu aku pernah ikutan lomba Bahasa Inggris pas SMP, terus aku nanya2 ke temenku gitu kan. Lalu dia bilang,
"Vic, kamu nanya ke aku yg mana sainganmu lho?"
Aku merasa naif.
Sekarang aku merasakan hal sama. Aku nggak suka ketika aku harus berbagi dokumen yang sebenarnya klien kita sama. Aku nggak mau dokumen itu digandakan sama orang-orang yang gak berkepentingan
Rekan kerja pernah berkata, “Kalo pengen work life balance, ya jadi pi en es aja.”
Belum setuju karena belum merasakan posisi itu.
Namun di dunia ahensi, work life itu sulit digapai atau bahasa halusnya pekerjaan harus diterima sebagai bagian dari hidup kita.
Pernyataan di atas bukanlah sarkas dariku. Dulu ada career coach yang mengatakan hal serupa dan rekan kerjaku dari divisi lain juga sependapat.
Kalo aku mungkin bisa jadi bisa beda kasus. Temanku sedikit, aku tidak punya hobi yang memang harus dijalani setiap hari, sebenarnya valid saja sebagian besar waktu, tenaga, dan pikiranku terletak pada pekerjaan.
Di buku self-help yang kubaca kurang lebih menyatakan ini, “Jangan melabeli dirimu dengan pekerjaanmu, kamu adalah kamu.”
Lalu psikolog daringku mengatakan inti yang mirip, “Vicky adalah Vicky. Vicky memiliki beragam peran di hidupnya. Sebagai pegawai, sebagai anak, sebagai pacar, sebagai sahabat.” Singkatnya, be professional.
i wish... I would not have meet this person everyday. The situation always resembles to the hurtful past I had. A thing that I could forgive and against to. Everyday I pray, I could empower myself without remembering my past. No, I should not have blamed it. I am responsible to myself.
I can forgive and living the life peacefully. Should I be brave.
Sayang, hari ini aku menemukan teman baru
Energinya bisa aku baca jelas, obrolan kami mengalir, dan maaf ada bagian darinya yang menggoda
Tapi jangan takut, kamu masih pusat gravitasiku
Sayang, tadi ia membaca tentang kita. Netral tonality-nya.
Tapi yang jelas, semoga ini membantu kita melangkah ke depannya, ya
Tak sabar menunggumu di Jakarta
She/ her; A quiet one with loudest mind. Uttering any thoughts and recounting.
86 posts