perpetual-peace - Pax Vobiscum, Peace Be With You

perpetual-peace

Pax Vobiscum, Peace Be With You

[𝟮𝟬+ & 𝗧𝗮𝘂𝗿𝘂𝘀!] Beauty is terror, yet we want to be devoured by it; A devoted Henry Winter defender.

77 posts

Latest Posts by perpetual-peace

perpetual-peace
2 weeks ago
I'll Be Free. I Have To Be Free.
I'll Be Free. I Have To Be Free.
I'll Be Free. I Have To Be Free.

I'll be free. I have to be free.


Tags
perpetual-peace
3 weeks ago
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.
March To April: Caffeine's Gallery.

March to April: Caffeine's Gallery.

Crazy how this bitter liquid (although not all of them are) helped me cope with everything.


Tags
perpetual-peace
1 month ago
This Book Is Older Than Me.
This Book Is Older Than Me.

This book is older than me.

Second book of Pramoedya Ananta Toer's Buru Quartet: Anak Semua Bangsa (Children of All Nations), published in 1980.


Tags
perpetual-peace
1 month ago

In Indonesian, they say: Terima kasih untuk 4 tahunnya, selamat berpisah.

In poetry, I say:

"Lika liku Menteng yang sudah aku hafal di luar nalarku, tak bakal terbuang sia-sia karena tiap sudutnya akan aku lantunkan doa paling tulus pada Maha Kuasa, yaitu Dia yang pernah kita temui rutin bersama di bawah langit-langit gereja. Biarlah suka duka senang sedih yang bertumpuk jadi memori, terurai dengan sempurna dalam sanubari, beralih jadi ruh dan energi baru tuk ingatkan diri bahwa cinta tak pernah mati hanya berubah perwujudan."


Tags
perpetual-peace
1 month ago
Mentari Samar Merasuk Ke Dalam Sukma, Membangunkan Jiwa Yang Masih Ingin Direngkuh Oleh Malam. Kendati

Mentari samar merasuk ke dalam sukma, membangunkan jiwa yang masih ingin direngkuh oleh malam. Kendati demikian, jejak-jejak jiwamu kembali menyapa alam bawah sadar, menginatkan mata agar lekas terbuka walau sayup-sayup.

Nihil pesan baru tak buat hati jadi masygul, karena yang paling menggubah bahagia adalah menelusuri sajak pesan penuh rayuan-rayuan malu sisa semalam. Sudah pagi, tapi bibir ini t’lah bentukkan sabit senyum, merona-rona pipi mengingat gurauan Tuan.

Maka tenggelamlah dinda ini ke dalam perinduan akanmu, dan rasa ini sekiranya akan tinggal sampai waktu yang tak tentu. Detik, menit, jam, terhabiskan dengan menggoreskan asa tentang kamu, kamu, kamu lagi. Tinta-tinta t’lah warnai kertas, gambarkan rayuan-rayuan lain yang siap memakanmu hingga habis tak tersisa. Kala selesai menulis, rindu itu datang lagi...

Oh, mabuk rindu sudah diri ini...


Tags
perpetual-peace
1 month ago
March Is Tough; Hence, Life Still Needs To Go On.
March Is Tough; Hence, Life Still Needs To Go On.
March Is Tough; Hence, Life Still Needs To Go On.
March Is Tough; Hence, Life Still Needs To Go On.
March Is Tough; Hence, Life Still Needs To Go On.
March Is Tough; Hence, Life Still Needs To Go On.

March is tough; hence, life still needs to go on.


Tags
perpetual-peace
2 months ago

Temples are built for gods. Knowing this a farmer builds a small temple to see what kind of god turns up.

perpetual-peace
2 months ago

Aku dan pikiranku yang terkutuk.

PERINGATAN: TULISAN DEWASA.

Bukankah sedari awal kita mengetahui ini? Enam hari, enam hari yang berharga selamanya akan berakhir menjadi memori pada ruang ide, terkungkung di sana.

Alih-alih bersedih, kita justru di sini—ditemain teh, kue dan bunga. Aku sebetulnya gelisah dalam dudukku, haruskah kita benar-benar merayakan perpisahan ini? Sebab malam setelah kita semua meneguk teh seolah itu air teduh, kita tak lagi punya alasan untuk berkumpul bersama.

Akhirnya, atas upaya melampaui batas ruas khayal, aku menggerakkn kuasa dan meraih sebuah cangkir kosong yang disiapkan oleh Mbak Lia dan Shaka—dua orang yang belakangan ini menjadi sabitah penuh afeksi pada langit malam yang kerap kupandang, atas titahnya yang masih penuh kasih, aku diminta untuk menghias cangkir ini.

Sebuah cangkir putih—kosong, entah mengapa malah mengingatkan ku pada seseorang. Ah, mengapa perasaanku cepat sekali berubah? Tadi aku laiaknya catatan kecil berbuku sendu yang nyaris merenggus, sekarang aku justru tertunduk malu-malu menyadari sisi wajahku yang memerah sebab akalku tengah membayangkan presensi seseorang.

Sedang apa cantikku itu, ya? Apakah ia sedang menunggu kepulanganku di atas kasur kami? Menggunakan gaun pendek selutut berwarna merah muda yang nampak cantik untuknya—ataukah ia tengah bersenandung pada ruang tamu kami, menggerakkan tubunya kesana kemari laksana bayi serigala yang merayu sabana dan tanah-tanah basah?

Aku berupaya meraih sisa kewarasanku di sana, buru-buru—aku menggemgam sebuah kuas untuk melukis, ujung kuas tersebut kucelupkan pada pewarna minyak yang telah disediakan, aku berupaya menorehkan warna di sana—tetapi mengapa detak jantungku bertalu-talu? Mengapa kepalaku seolah dipaksa untuk mengingat tentang kamu? Ah? Sayangku, apa bilah bibirmu yang tak habis kucecap semalam penuh itu mengandung afrodisiak?

Akhirnya, aku membentuk sebuah pola abstrak, laiaknya rambutmu yang bergerak berlawanan arah ketika aku mengusaknya—atau ketika kamu menggeliat sebab aku menggelitiki permukaan kulitmu, sebab aku terbuai oleh gemas tubuhmu. Bolehkah aku melukiskan taman surga pada permukaan cangkir ini?

Gila—aku gila, sebab aku tak percaya surga.

Tetapi aku kerap mencarinya pada lelukmu.

Yang kuingat, kamu kerap menjadi kertas putih sedang aku adalah ujung pena berputar dan tuangan tinta nyata dari kebebasan. Bait demi baitku menjamah bibirmu—aku tengah berupaya membasahi setiap kata, menggelitik setiap penanda jeda. Di antara tubuhmu, ada beberapa kalimat taksa, aku jadi lebih menggebu untuk mengetahuinya. Maka, aku melantunkan syair, kamu jadi puisi erotis yang terus aku jamah.

Aku basah oleh cairan teratai merah sedang kamu jadi bunga berwarna merah yang paling merekah—oh? Haruskah kugambarkan saja bunga berwarna merah di atas cangkir kosong ini? Bunga indah selaiaknya kamu yang membuatku menjadi manusia paling serakah.

Aku lantas melukiskan rasa pada cangkir yang diberi padaku—memproyeksikannya seolah itu tubuhmu yang kerap kucumbu, seolah permukaannya adalah lekuk yang kerap kulekaskan. Pewarna minyak yang kugunakan telah memenuhi cangkir tersebut oleh bunga-bunga yang kugambar sembari mengingat dirimu dan penyatuan kita yang berlinang-linang sebab euforia.

Aku ingat kamu memiliki tattoo kecil pada bagian atas dadamu—sayang. Tentu, yang itu biar menjadi milikku saja, biar tersembunyi dibalik pintalan benang yang hangatkan tubuhmu jika tubuhku sedang tak bisa. Aku memang serakah, indah atasmu biar terbelenggu dalam kehendakku, dalam akalku. Kutulis sebuah kata dengan tinta hitam pada ujung cangkir yang tadi kuhias, kata yang selalu mengingatkanku padamu.

Ah, aku jadi rindu ketika kita jadi satu dalam dekapmu.

Menjelajah hingga ke inti tubuh dan melerai norma yang pagu.

Aku memutuskan untuk mengabadikan gambar tadi lantas mengirimkannya pada kekasihku—sengaja kutulis dengan pesan menggoda di sana, ia pasti akan membalsnya dengan wajah setengah merona sebab setengahnya lagi berniat memukul kepalaku. Padahal, jangankan dipukuli, aku selalu siap jika harus bersujud di antara kedua kakinya atau memikul beban tubuhnya.

Setelahnya, kami diminta untuk menyusun bunga yang masing-masing telah dibatasi maknanya berdasarkan huruf tertentu.

Sayangku, sejatinya aku siap merangkai namamu di sana. Tetapi aksara yang jelaskan tentang dirimu tergubah menjadi kontradiksi paling menggairahkan, seolah yang bisa dilakukan oleh jemariku hanya melecuti pakaianmu hingga kita melebur bersama ego.

Aku mengutuk keserakahan manusia—tetapi nyatanya aku serakah atas dirimu. Sekali lagi aku menaru curiga, pada bilah bibirmu yang basah dan berhias untaian saliva, apakah ada afrodisiak di sana?

Buket bungaku lantas berhias bunga dengan tiga warna—objek yang kuanggap memanifestasikan dirimu, indahnya kamu—hingga membias setiap lara dalam lekuk jiwaku. Menghunus memenuhi setiap relungmu.

Ah kepalaku pening, kutuk lah aku. Maki lah aku yang kini tengah membayangkan elok tubuhmu di tengah keramaian, sayang.

Aku lantas melepas buket bunga yang telah kuhias tadi, kuletakkan dengan penuh hati-hati seolah itu kamu yang kerap terbaring di atas ranjang kita. Timpaniku tersihir merindukan kamu yang meneriaki namaku penuh peluh tetapi masih meminta untuk tetap basah.

Akalku penuh oleh bayang dirimu hingga aku lupa, setelah ini—setelah ini aku akan penuh duka sebab harus berpisah.

Aku Dan Pikiranku Yang Terkutuk.
perpetual-peace
2 months ago

Ulasan, Aborsi adalah Hak Perempuan

Penulis : Pat Grogan dan Evelyn Reed

Tebal: 90 halaman

Penerbit: Penerbit Independen

Kategori : Feminisme dan Sosial.

Nilai : 9/10

Pat Grogan dan Evelyn Reed telah mencurahkan akumulasi pengetahuan mereka selama bertahun-tahun ke dalam 90 halaman buku, dengan pelbagai teori, argumentasi, pengalaman ketubuhan serta penelitian untuk menegaskan—bahkan memperjuangkan sesuatu yang seharusnya memang berada dibawah kendali perempuan. Aku tidak mengerti kenapa buku ini bahkan harus ditulis, dan kenapa muatan dari buku ini terasa seperti pengetahuan baru bagiku. Seharusnya perempuan memang mengetahui bahwa mereka memiliki hak atas aborsi, hak untuk menimbang dam memilih apakah sel yang tumbuh di rahim mereka—ya milik mereka—akan mendapat kesempatan untuk tumbuh menjadi anak atau tidak.

Menurutku sebagai pembaca, Grogan dan Reed menulis buku ini dengan apik, dimulai dari sebuah peringatan bahwa para penguasa telah menggunakan isu aborsi untuk mengkonstruksi perkelahian antar buruh perempuan. Hak kita sendiri ternyata digunakan sebagai alat untuk menciptakan konflik horizontal, sehingga alih-alih memerangi sistem dominasi maskulin atau hukum yang tidak memihak perempuan, warga sipil malah saling dipertentangkan.

Mereka juga menegaskan bahwa ketika hak perempuan untuk memutuskan atas tubuhnya dirampas, bukan hanya kebebasan mereka yang dipertaruhkan, tetapi juga masa depan mereka—hak untuk menentukan kapan atau apakah mereka ingin menjadi seorang ibu. Ini bukan sekadar isu hukum, tetapi juga soal keadilan sosial. Negara yang melarang aborsi bukan hanya merampas hak dasar perempuan, tetapi juga membahayakan hidup mereka dengan memaksa mereka mencari jalan yang tidak aman.

Grogan dan Reed menyajikan fakta bahwa negara-negara yang melegalkan aborsi dengan layanan kesehatan yang baik justru memiliki tingkat aborsi yang lebih rendah dibandingkan negara yang melarangnya. Akses terhadap pendidikan seksual yang komprehensif dan alat kontrasepsi yang mudah dijangkau terbukti lebih efektif dalam menekan angka kehamilan tidak diinginkan dibandingkan dengan kriminalisasi.

Namun, yang membuat buku ini begitu kuat bukan hanya data dan analisisnya, tetapi juga cara penulis mengangkat pengalaman perempuan yang dipaksa melahirkan, yang kehilangan nyawa karena aborsi ilegal, yang dihukum karena memilih hidup mereka sendiri di atas kehendak negara.

Membaca buku ini rasanya seperti dihadapkan pada kenyataan yang seharusnya tidak perlu kita hadapi—bahwa hak atas tubuh sendiri masih harus diperjuangkan mati-matian. Grogan dan Reed tidak menulis untuk memberi kita pengetahuan baru, tapi untuk mengguncang kesadaran kita.

Abortion is a healthcare!

Ulasan, Aborsi Adalah Hak Perempuan
perpetual-peace
2 months ago
Caffeine Helps Going Through Everyday Shits Indonesian Government Throws At Its People.
Caffeine Helps Going Through Everyday Shits Indonesian Government Throws At Its People.
Caffeine Helps Going Through Everyday Shits Indonesian Government Throws At Its People.
Caffeine Helps Going Through Everyday Shits Indonesian Government Throws At Its People.
Caffeine Helps Going Through Everyday Shits Indonesian Government Throws At Its People.
Caffeine Helps Going Through Everyday Shits Indonesian Government Throws At Its People.
Caffeine Helps Going Through Everyday Shits Indonesian Government Throws At Its People.
Caffeine Helps Going Through Everyday Shits Indonesian Government Throws At Its People.
Caffeine Helps Going Through Everyday Shits Indonesian Government Throws At Its People.
Caffeine Helps Going Through Everyday Shits Indonesian Government Throws At Its People.
Caffeine Helps Going Through Everyday Shits Indonesian Government Throws At Its People.
Caffeine Helps Going Through Everyday Shits Indonesian Government Throws At Its People.
Caffeine Helps Going Through Everyday Shits Indonesian Government Throws At Its People.
Caffeine Helps Going Through Everyday Shits Indonesian Government Throws At Its People.
Caffeine Helps Going Through Everyday Shits Indonesian Government Throws At Its People.
Caffeine Helps Going Through Everyday Shits Indonesian Government Throws At Its People.

Caffeine helps going through everyday shits Indonesian government throws at its people.


Tags
perpetual-peace
3 months ago
Vintage Stamps
Vintage Stamps
Vintage Stamps
Vintage Stamps
Vintage Stamps
Vintage Stamps
Vintage Stamps
Vintage Stamps
Vintage Stamps
Vintage Stamps

vintage stamps

perpetual-peace
3 months ago

Reading with Cats

Reading With Cats
Reading With Cats
Reading With Cats
Reading With Cats

@ Habitat Park, South Jakarta


Tags
perpetual-peace
3 months ago

Tempat ini sudah di ujung batas porak-poranda -oh, atau memang sudah porak-poranda? (Kami rasa iya).

Tikus-tikus gembrot sibuk nikmati pesangon; rakus mengais sambil tersenyum licik macam iblis! (Sudah bukan macam lagi, tapi kami rasa mereka memang iblis).

Tangis kami dilewatkannya kuping kanan, tapi keluar kuping kiri; macam mereka dulu waktu sekolah kala dengar nasihat-nasihat ibu dan bapak guru (pantas, kan; mereka semua dungu dan tidak tahu malu).

Hidup di neraka kami rasa lebih baik; neraka setidaknya menghukum sesuai dosa kami. Tapi di tempat ini, yang bahkan iblis neraka saja macam tak sudi menginjakkan kaki karena kalah keji dengan iblis-iblis berdasi, dihukum atas dosa-dosa yang bukan milik kami. (Najis, *puih puih*).

Tuhan, bisa tidak? Kirim kami obat racun tikus paling ampuh?

# IndonesiaGelap.

perpetual-peace
3 months ago
January's Book Haul.
January's Book Haul.

January's book haul.


Tags
perpetual-peace
3 months ago

READING DATE WITH MY BESTFRIEND

READING DATE WITH MY BESTFRIEND
READING DATE WITH MY BESTFRIEND
READING DATE WITH MY BESTFRIEND
READING DATE WITH MY BESTFRIEND

Tags
perpetual-peace
4 months ago

I cried that night, my brain could not stop remembering you as if you were the only thing that it can process clearly. Your tiny voice, your enthusiastic gestures, everything that I miss in a person. It is true that people tend to miss something when it's not around anymore. My mistakes of neglecting you frequently came from the thought that we would never be separated, whatever happened. But after your disappearance a month ago, life has never been the same.

I cried that night, my tears fell down like I had never cried before. My heart begging for your presence, for your laughter, for your humour. Hence, it was the empty air that greeted me back. The cold air of the space between us, shudder me. My head keep saying, "is it over for us?". I guess it is time to call it a day, to save energy for chasing back your shadow tomorrow.

I cried that night, so I let my intrusive thoughts win. I texted you. Begging. Asking. That cold tone of yours greeted me back.

"It is over for us," my heart said in agony.


Tags
perpetual-peace
4 months ago
Reading Is Political And It Always Has Been. Here Are Some Of The Classic Books On The Banned List That
Reading Is Political And It Always Has Been. Here Are Some Of The Classic Books On The Banned List That
Reading Is Political And It Always Has Been. Here Are Some Of The Classic Books On The Banned List That
Reading Is Political And It Always Has Been. Here Are Some Of The Classic Books On The Banned List That

Reading is political and it always has been. Here are some of the classic books on the banned list that you should definitely check out.

perpetual-peace
4 months ago

I Who Have Never Known Men by Jacqueline Harpman

I Who Have Never Known Men By Jacqueline Harpman
I Who Have Never Known Men By Jacqueline Harpman

I need everyone to go to bookstore and grab this book ASAP.

This book wrecked me in a very great way.


Tags
perpetual-peace
4 months ago
perpetual-peace
4 months ago
Elaborate Book Covers
Elaborate Book Covers
Elaborate Book Covers
Elaborate Book Covers
Elaborate Book Covers
Elaborate Book Covers
Elaborate Book Covers
Elaborate Book Covers
Elaborate Book Covers

elaborate book covers

perpetual-peace
4 months ago
Spent My New Year Eve With Dead Writers.
Spent My New Year Eve With Dead Writers.

Spent my new year eve with dead writers.


Tags
perpetual-peace
5 months ago
I Luckily Got To Bring Home This Collection Of Albert Camus' Book Published By Vintage International.
I Luckily Got To Bring Home This Collection Of Albert Camus' Book Published By Vintage International.

I luckily got to bring home this collection of Albert Camus' book published by Vintage International.


Tags
perpetual-peace
5 months ago
1980's Edition Of Bumi Manusia And Anak Semua Bangsa By Pramoedya Ananta Toer.
1980's Edition Of Bumi Manusia And Anak Semua Bangsa By Pramoedya Ananta Toer.

1980's edition of Bumi Manusia and Anak Semua Bangsa by Pramoedya Ananta Toer.


Tags
perpetual-peace
5 months ago
I Was In Periplus Setiabudi One Central Jakarta To Meet A Friend Of Mine. A Funny Story Behind This Meeting
I Was In Periplus Setiabudi One Central Jakarta To Meet A Friend Of Mine. A Funny Story Behind This Meeting
I Was In Periplus Setiabudi One Central Jakarta To Meet A Friend Of Mine. A Funny Story Behind This Meeting
I Was In Periplus Setiabudi One Central Jakarta To Meet A Friend Of Mine. A Funny Story Behind This Meeting

I was in Periplus Setiabudi One Central Jakarta to meet a friend of mine. A funny story behind this meeting is that we were bonding over mutual interest in the novel The Secret History. She and I have the same favorite character, which obviously is Henry Marchbanks Winter. That was our second meeting, so it wasn't that awkward anymore.

I am also thankful that I was able to bring two of my book wishlists: Any Ozamu Dazai's book and Normal People by Sally Rooney. Honestly, I wasn't planning to bring The Setting Sun home because I intended to buy the other one, No Longer Human. Due to the availability of No Longer Human's old cover book, I chose to bring The Setting Sun instead. The publisher of Osamu Dazai books, which version I bought, has a distinctive book cover style that matches each other. These beautiful covers surely would be my priority wishlist for the next year.

I Was In Periplus Setiabudi One Central Jakarta To Meet A Friend Of Mine. A Funny Story Behind This Meeting
I Was In Periplus Setiabudi One Central Jakarta To Meet A Friend Of Mine. A Funny Story Behind This Meeting
I Was In Periplus Setiabudi One Central Jakarta To Meet A Friend Of Mine. A Funny Story Behind This Meeting
I Was In Periplus Setiabudi One Central Jakarta To Meet A Friend Of Mine. A Funny Story Behind This Meeting

Due to many new activities I've had these past 2 months, I am trying my best now to start reading again and stacking that habit once again so I won't easily fall into a reading slump. I have not even been able to finish my current read since November. Not because the book is boring, but it was just me who gets tired easily to even be done with 10 pages minimum.

But, all good now, at least I'm trying and actually do read, although it's quite hard to beat my sleepiness.


Tags
perpetual-peace
5 months ago

it’s so painful to watch yourself grow cold, bitter, and resentful, even toward small, irrelevant things, when all you’ve ever wanted was just to be warm, gentle, kind, and loving.

perpetual-peace
6 months ago
Last Weekend Was Bomb.
Last Weekend Was Bomb.
Last Weekend Was Bomb.
Last Weekend Was Bomb.
Last Weekend Was Bomb.
Last Weekend Was Bomb.

Last weekend was bomb.

at Bumi Pakubuwono, Kebayoran Baru, Jakarta


Tags
perpetual-peace
6 months ago
Pretty Books Are Everything.
Pretty Books Are Everything.
Pretty Books Are Everything.
Pretty Books Are Everything.

Pretty books are everything.


Tags
perpetual-peace
6 months ago
I Love X (formerly Twitter), It Helps Find Cute Things.
I Love X (formerly Twitter), It Helps Find Cute Things.
I Love X (formerly Twitter), It Helps Find Cute Things.

I love X (formerly Twitter), it helps find cute things.


Tags
perpetual-peace
6 months ago
これもCOOLPIX8400で撮ったけど、勝手に発光モードになっていたのか、えらい暗くなったため、精一杯記憶に近い明るさまで調整。

これもCOOLPIX8400で撮ったけど、勝手に発光モードになっていたのか、えらい暗くなったため、精一杯記憶に近い明るさまで調整。

以前、御朱印を頂いた際、筆の邪魔をしようとして注意されてた猫ちゃんかも。

Explore Tumblr Blog
Search Through Tumblr Tags